Badan Pusat Statistik (BPS) Papua mengumumkan, jumlah penduduk
miskin pada tahun 2008 mengalami penurunan sebanyak 60,3 ribu dibanding
tahun sebelumnya.
Menurut Kepala BPS Papua, Ir. Djarot Soetanto,MM, selama periode Maret
2007 – Maret 2008, terjadi penurunan penduduk miskin didaerah pedesaan
maupun perkotaan.
“Untuk wilayah pedesaan berkurang sekitar 56.500 orang sementara didaerah
perkotaan penduduk miskinnya berkurang sebanyak 3.800 orang,” kata Djarot
saat memberikan keterangan kepada pers, di ruang kerjanya, Rabu (10/9).
Kendati tidak dijelaskan secara rinci, namun Djarot menggambarkan besar
kecilnya jumlah penduduk miskin sangat dipengaruhi oleh garis kemiskinan.
Sebab penduduk miskin memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan
dibawah garis kemiskinan, yakni selama Maret 2007 – Maret 2008, garis
kemiskinan dilaporkan naik sebesar 11,27 persen, yaitu dari Rp. 202.379,-
per kapita per bulan pada Maret 2007 menjadi 225.195,- per kapita per
bulan pada Maret 2008.
Kendati begitu, lanjut Djarot, prasentase penduduk miskin daerah perkotaan
tidak banyak berubah, dibanding periode Maret 2007.
Di wilayah diperkotaan mengalami penurunan kurang dari satu persen menjadi
7,02 pada Maret 2008 dibanding periode sebelumnya, sementara di pedesaan
mengalami penurunan yang lebih besar menjadi 45,96 persen pada Maret 2008.
Dibagian lain, Djarot menambahkan, untuk perkembangan tingkat kemiskinan
di Papua, sejak 1999 s/d 2008, lanjutnya, jumlah dan prasentase penduduk
miskin berfluktuasi dari tahun ke tahun.
Ida mencontohkan sejak tahun 2001 saja, fluktuasi prasentase penduduk
miskin tidak terlalu besar, berkisar antara 39 persen hingga 42 persen.
Sementara untuk kprasentase penduduk miskin selama Februari 2005 – Maret
2006, ia menuturkan terjadi karena harga barang-barang kebutuhan pokok
selama periode tersebut naik tinggi akibat kenaikan BBM pada tahun 2005.
Akibatnya penduduk yang tergolong tidak miskin namun penghasilannya berada
disekitar garis kemiskinan banyak yang bergeser posisinya menjadi miskin.
Namun, perlu diingat bahwa kemiskinan Tahun 2008 disini adalah keadaan
bulan Maret, sedangkan kenaikan BBM terjadi pada akhir Mei 2008. Sehingga
keadaan kemiskinan yang disajikan disini belum memperlihatkan efek
kenaikan BBM.
“Hal ini mungkin disebabkan karena meningkatnya daya beli masyarakat sejak
digelontarkannya dana Otsus ke masyarakat yang jumlahnya tidak sedikit,”
tutur Djarot.(erwin)**