Maret 2013 Penduduk Miskin Papua Bertambah 41 Ribu Orang
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mengumumkan jumlah penduduk
miskin di bulan Maret 2013 mencapai 1,017 juta orang. Angka tersebut
bertambah 41 ribu orang bila dibanding dengan penduduk miskin bulan
September 2012 yang berjumlah 976,37 ribu orang. Menurut Kepala BPS Papua, Didik Koesbianto, penambahan jumlah penduduk
miskin terjadi di daerah pedesaan maupun perkotaan yang selama periode
September 2012 - Maret 2013, jumlah penduduk miskin pedesaan bertambah
37,2 ribu orang (0,53 persen) dan di perkotaan bertambah 3,8 ribu orang
(0,3 persen). Hal demikian sebagaimana penegasan Kepala BPS Papua, dalam keterangan
pers yang disampaikan di ruang rapat Kantor BPS Papua, Senin (1/7)
siang.
Lebih lanjut dikemukakan, bila dilihat menurut tipe daerahnya, maka penduduk miskin lebih terkonsentrasi di daerah pedesaan. Sebagaimana pada Maret 2013, terdapat sebanyak 965,46 ribu orang (39,92 persen) penduduk miskin hidup di pedesaan. Sedangkan di perkotaan hanya sebesar 51,90 ribu orang (6,11 persen).
Sementara untuk Garis Kemiskinan (GK) daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 362.401 lebih tinggi dari GK pedesaan yang hanya sebesar Rp298.395. "Nah, ini berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada pedesaan," tuturnya. Masih menurut dia, sementara untuk peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu 75,44 persen (Rp237.652) berbanding 24,56 persen (Rp77.372).
Sedangkan untuk komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, ikan, telur ayam ras, serta gula pasir. "Tapi untuk komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di pedesaan adalah ketela rambat, beras, ketela pohon, rokok, gula pasir dan daging babi," jelasnya. Ditambahkan Kepala BPS, untuk periode September 2012 - Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukan kecendrungan menurun. Hal ini juga mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin mengecil
Lebih lanjut dikemukakan, bila dilihat menurut tipe daerahnya, maka penduduk miskin lebih terkonsentrasi di daerah pedesaan. Sebagaimana pada Maret 2013, terdapat sebanyak 965,46 ribu orang (39,92 persen) penduduk miskin hidup di pedesaan. Sedangkan di perkotaan hanya sebesar 51,90 ribu orang (6,11 persen).
Sementara untuk Garis Kemiskinan (GK) daerah perkotaan pada Maret 2013 sebesar 362.401 lebih tinggi dari GK pedesaan yang hanya sebesar Rp298.395. "Nah, ini berarti biaya untuk memenuhi kebutuhan hidup minimal yang layak (basic needs) untuk makanan dan bukan makanan lebih besar di perkotaan daripada pedesaan," tuturnya. Masih menurut dia, sementara untuk peranan komoditi makanan terhadap GK jauh lebih besar dibandingkan peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan dan kesehatan), yaitu 75,44 persen (Rp237.652) berbanding 24,56 persen (Rp77.372).
Sedangkan untuk komoditi makanan yang berpengaruh besar terhadap GK di perkotaan adalah beras, rokok kretek, ikan, telur ayam ras, serta gula pasir. "Tapi untuk komoditi yang berpengaruh besar terhadap GK di pedesaan adalah ketela rambat, beras, ketela pohon, rokok, gula pasir dan daging babi," jelasnya. Ditambahkan Kepala BPS, untuk periode September 2012 - Maret 2013, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) menunjukan kecendrungan menurun. Hal ini juga mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekat dari garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga makin mengecil