Pertamina: Kelangkaan Tetap Terjadi Hingga 2007

"Inilah yang masih menjadi persoalan selama pola distribusi, pemakaian dan terjadinya disparitas harga seperti sekarang ini. Kemarin saya lihat anak-anak ikut mengantri. Saat ditanya, ia mengaku bukan karena disuruh orangtuanya, tetapi oleh gurunya. Ini membuktikan betapa mudahnya pola distribusi minyak tanah itu bisa disalahgunakan. Orang bisa mengantri beberapa kali melalui siapa saja, maka dengan perbedaan harga sampai Rp 2.000-3.000 per liter, orang bisa untung besar. Itulah yang menyebabkan minyak tanah selalu terjadi kelangkaan," ujar Ari.
Menurut Ari, sejak Wakil Presiden Jusuf Kalla memerintahkan penambahan pasokan minyak tanah sebanyak 100.000 kilo liter dari sebelumnya pasokannya yang hanya sebesar 9,9 juta kilo liter, antrean minyak tanah selalu terjadi. Penambahan dilakukan karena terjadi kelangkaan minyak tanah di sejumlah wilayah. "Tahun depan, Pertamina sebetulnya minta 12 juta kiloliter, akan tetapi DPR tetap menetapkan hanya 9,9 juta kiloliter saja dan minta diawasi secara ketat distribusi dan pemakaiannya.

Pertamina, lanjut Ari, akan menambah pasokan paling banyak 10 persen dari pasokan yang ditetapkan bersama DPR. "Pertamina sulit mengontrolnya dengan cara penjualan setengah bebas. Satu-satunya, menurut saya, coba-lah minyak tanah itu dijatah. Tetapi, kalau dijatah, sulit juga menentukan siapa yang dijatah. Jadi, perlu diatur dengan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas serta koordinasi dengan pemerintah daerah," katanya