Ekspor Turun, Sinyal Mulai Masuknya Krisis Global ke Papua
"Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua mensinyalir krisis finansial global yang hampir meruntuhkan perekonomian dunia saat ini, dampaknya telah mulai dirasakan dibumi cenderawasih. Hal tersebut, dapat dilihat dari adanya perlambatan ekspor Papua pada tahun 2008, khususnya pada volume ekspor bijih tembaga dan konsentrat yang nilainya turun 25,93 persen dibandingkan tahun 2007 yang tercatat 2.919,27 US$. Menurut Kepala BPS Papua, secara umum ekspor Papua pada bulan Oktober 2008 hanya terdiri atas golongan Bijih Tambang dan Konsentrat (HS26) sebesar 126,36 juta atau turun 51,86 persen dibandingkan nilainya pada September 2008 yang tercatat sebesar 262,50 juta US$.
Karena tidak tercatat adanya ekspor golongan lainnya serta adanya perlambatan nilai ekspor, maka hal ini memberikan sinyal telah masuknya dampak krisis global ke Papua. Hal demikian sebagaimana dikatakan Kepala BPS Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM saat memberikan keterangan kepada pers, kemarin.
Dikatakan dia, terus turunnya volume ekspor HS26 memberikan sinyal kepada Pemda Papua pada khususnya dan masyarakat Papua pada umumnya untuk mencari alternatif komoditas ekspor utama yang baru. Sebab HS03 yang nilai ekspornya terus mengalami peningkatan dapat dijadikan komoditas ekspor andalan Papua jika dikelola dan dikembangkan dengan serius. Sementara itu Djarot menggambarkan, untuk ekspor ke 5 Negara pada Oktober 2008 lalu, turun signifikan sebesar 56,99 persen dibandingkan nilainya pada September 2008, yaitu dari 206,39 juta US$ menjadi hanya 88,77 juta US$. Penurunan ini disebabkan ekspor Papua pada Oktober 2008 hanya ditujukan ke 1 Negara utama, yaitu Jepang sebesar 88,77 juta US$.
"Sementara ekspor ke Negara lainnya, yang pada Oktober 2008 hanya terdiri atas Negara India, juga turun 33,04 persen, dari 56,13 juta US$ menjadi 37,59 juta US$. Sementara untuk nilai impor, lanjut Djarot, pada bulan Oktober 2008 nilainya ikut turun sebesar 38,85 persen dibandingkan nilainya pada Oktober 2008, yaitu dari 108,66 juta US$ menjadi 66,45 juta US$. Penurunan impor tersebut disebabkan oleh turun signifikannya impor migas sebesar 94,97 persen dibandingkan nilainya pada bulan sebelumnya, yaitu dari 50,90 juta US$ menjadi 2,56 juta US$. “Penyebab penurunan tajam tersebut adalah tidak adanya impor Bahan Bakar Minyak lainnya yang selama ini menjadi komoditas impor migas utama Papua. Turunnya volume impor akibat naiknya harga beberapa komoditas impor migas, dan krisis finansial global yang mendorong Negara-negara di dunia untuk mengurangi impornya,” terang dia.