Penyusunan KLHS RTRW Jangan Hanya Jadi Rutinitas

Penjabat Gubernur Provinsi Papuam DR. Syamsul Arief Rivai,MS mengajak
semua pihak penyelenggara penyusunan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
tentang RTRW Provinsi Papua agar tak memandang tugas tersebut sebagai kewajiban atau
rutinitas semata, karena kajian ini merupakan alat perencanaan dalam mewujudkan
pembangunan berkelanjutan di tanah ini.

Penyelenggara KLHS ini juga diharapkan mampu mengorientasi kembali terhadap langkah
yang nyata dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan. \\\"Sebab dengan begitu kita
bisa meningkatkan kualitas hidup masyarakat tanpa mengorbankan kepentingan generasi
mendatang,\\\" tutur Gubernur dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Bidang Umum
Setda Provinsi Papua, Drs. Waryoto pada pembukaan konsultasi publik kedua Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KHLS) RTRW Provinsi Papua, bertempat di Sasana Karya
Kantor Gubernur Dok II Jayapura, Rabu (4/4).

Dikatakan Gubernur, Papua memiliki kontribusi yang sangat besar terhadap upaya
perwujudan pembangunan berkelanjutan bagi daerah maupun negara lain, terutama
apabila dikaitkan dengan keberadaan hutan di Papua yang masih luas dan dalam kondisi
hutan primer. Papua kini menjadi paru-paru Indonesia, Asia dan bahkan dunia karena
masih luas terjaga karena dianggap sebagai hutan lindung dan belum dieksploitasi.
Disamping upaya yang bersifat adaptasi serta melakukan upaya-upaya yang bersifat
mitigasi, sehingga KLHS yang disusun ini nantinya menjadi alat perencanaan penting
bagi perwujudan pembangunan berkelanjutan.\\\"Dan ini musti dilakukan bila kita tidak
ingin punah dari muka bumi ini karena keserakahan manusia sendiri yang semakin hari
semakin konsumtif, yang ditunjukan dengan data jejak ekologis.
Hal penting lain dikemukakan Gubernur, dari data beberapa tahun terakhir,
menyebutkan bahwa deforestasi di Provinsi Papua mencapai 110.000 ha per tahun yang
berarti jika dibiarkan terus, kondisi ini bakal mengakibatkan semakin mengecilnya
jumlah dan kualitas hutan di Papua. Kondisi ini jangan dibiarkan begitu saja karena
hutan merupakan aset yang sangat berharga bagi kehidupan manusia di muka bumi ini.
Untuk itu, lanjutnya, kita membangun visi 2010 dalam rangka mewujudkan pembangunan
berkelanjutan di Papua yang menekankan pada pentingnya berpikir sistem/kompleks.
Berpikir seperti ini adalah berpikir pada keseluruhan secara holistik (komprehensif)
bukan pada bagian (parsial).

Sistem ini menekankan pentingnya menganalisis semua
dampak yang mungkin terjadi dari sebuah kebijakan, keputusan atau program
pembangunan. Jadi cara berpikir sistem adalah suatu pendekatan yang diperlukan agar manusia atau
perencana dapat memandang persoalan pembangunan ini dengan lebih menyeluruh dan
dengan demikian pengambilan keputusan maupun pilihan aksi dapat dibuat lebih terarah
kepada sumber-sumber persoalan yang akan mengubah sistem secara efektif.
Oleh karena itu, saya menyambut baik kegiatan ini. Saya menganggap sebagai langkah
yang sangat strategis dan mengharapkan agar kegiatan konsultasi mampu mewujudkan
kesadaran bersama bagaimana mereorientasi tujuan pembangunan kita.

Kemudian bagaimana kita dapat menciptakan perubahan yang pada akhirnya akan tercipta satu
kesatuan pemahaman dan gerak langkah bahwa pembangunan berkelanjutan menjadi visi
jangka panjang pembangunan kita, tutupnya.