Jalan Trans Papua Tak Beri Nilai Tambah Bagi Masyarakat

Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua menyatakan pembangunan jalan trans Papua oleh pemerintah tak memberi nilai tambah bagi masyarakat. Sebab panjang jalan sejauh 3.600 km tersebut, hanya dapat menghubungkan tak sampai 30 persen kampung yang ada di seluruh bumi cenderawasih.


Kepala Badan Percepatan Pembangunan Kawasan Papua, Oma Laduani Ladamai mengatakan semestinya pemerintah membangun jalan yang mengarah langsung kepada pelabuhan dan bandara supaya suplai logistik dari luar lancar dan berkesinambungan.


“Saya mau katakan konektivitasnya semakin berkualitas kalau buat jalan langsung ke pelabuhan atau bandara. Daripada kita buat jalan trans Papua tapi siapa yang mau lewat. Panjang jalan bagus tapi sampai saat ini 3.600 km jalan itu hanya menghubungkan tidak sampai 30 persen kampung kita”.


“Percuma kan, kasian kita buat jalan dari Kenyam, Dekai terus sampai Oksibil tapi siapa yang lewat?” cetusnya.


Lebih lanjut ia mengatakan, transportasi di Papua tak mesti bergantung pada jalan. Tetapi untuk wilayah selatan Papua yang memiliki banyak sungai, harus didorong transportasi sungai. Kemudian, wilayah gunung dengan 384 landasan yang dibuat swadaya oleh masyarakat, mesti di dorong dengan mengadakan pesawat terbang.


“Kalau ada landasan tapi tidak punya pesawat ini tak maksimal pelayanannya. Makanya harus didorong pesawat yang banyak supaya aksesnya terbuka. Hal seperti ini yang mesti dipertimbangkan supaya pembangunan yang diarahkan ke Papua benar-benar tepat sasaran,” ujar dia.


Laduani berharap kedepan ada sinergi dan kesamaan tindakan antara pusat provinsi dan kabupaten dalam mempercepat pembangunan akses transportasi di Papua yang berbasis pada kebutuhan masyarakat.


Ia mencontohkan saat ini, Papua memiliki komoditas unggulan kopi dan coklat yang diimpor keluar daerah. Komoditas Kopi bahkan harganya tidak pernah jatuh. Sehingga jika Papua memiliki daya saing yang kompetitif, kita pasti dapat memiliki pasar tetap karena peminum kopi di dunia cukup banyak.


Sayangnya komoditas kopi dan coklat di Papua belum mendapat dukungan yang maksimal sebab jalan produksi dan tempat panen sama sekali belum ada.


“Kalau tidak disiapkan dari sisi hulu maka komoditas unggulan Papua ini hanya percuma meski dipanen dalam jumlah banyak. ,Kemarin kita rapat di Nabire dengan teman-teman dari Kabupaten Dogiyai, mereka katakan meski tanam lalu menghasilkan banyak namun jalan produksi tidak ada itu panennya susah juga”.


“Makanya mari kita dorong jalan produksi sehingga beberapa SKPD di Papua sedang kita berupaya tangani itu. Jadi memang kita harus buat sesuatu punya nilai bagi masyarakat, sehingga harapannya ada kesamaan gerak, langkah maupun program dari pusat ke daerah. Supaya hasilnya benar-benar memberi manfaat,” tutupnya.