Inflasi Kota Jayapura

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Papua, Ir. JA. Djarot Soetanto, MM, kepada wartawan, Kamis (3/8) diruang kerjanya mengatakan perubahan indeks kota Jayapura terjadi sebesar –0,11 persen jauh lebih rendah dibandingkan secara nasional yang mengalami inflasi sebesar 0,45 persen.
Secara umum Djarot menggambarkan, perubahan indeks pada bulan Juli dari semua kota IHK (45 kota), ada sebanyak 39 kota yang mengalami inflasi. Sedangkan 6 kota sisanya mengalami deflasi termasuk Kota Jayapura. “Deflasi yang terjadi di Kota Jayapura tidak menunjukan gejolak yang mengkhawatirkan ya, ini terlihat dari range perubahan indeks nasional yang berkisar sekitar 3,65 persen s/d –3,05 persen.
Lebih lanjut dijelaskan, perubahan indeks tertinggi di tingkat nasional maupun Sumapua atau Sulawesi, Maluku dan Papua, terjadi di Kota Palu sebesar 3,65 persen dan perubahan indeks terendah di tingkat nasional di Kota Lhokseumawe sebesar –3,05. Kemudian untuk tingkat Sumapua pada terjadi di Kota Ternate sebesar –0,26 persen dan Kota Jayapura berada di urutan ke – 41 di tingkat nasional dan ke – 7 di tingkat Sumapua.
Menurut Djarot, inflasi tahun kalender (Januari – Juli 2006) Kota Jayapura sebesar 5,28 persen lebih tinggi dari inflasi tahun kalender nasional sebesar 3,33 persen. Sedangkan untuk inflasi year on year pada bulan Juli 2006 terhadap Juli 2005 sebesar 15,59 persen masih lebih tinggi bila dibandingkan secara nasional sebesar 15,15 persen.
Menurutnya, deflasi yang terjadi pada bulan Juli di Kota Jayapura dipengaruhi oleh penurunan indeks yang cukup signifikan pada sub kelompok sayur-sayuran (-11,37 persen); daging dan hasil-hasilnya (-1,90 persen); padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya (-1,56 persen) serta sub kelompok bumbu-bumbuan (-1,10 persen).
Sedangkan sub kelompok yang sangat berperan menghambat laju deflasi di Kota Jayapura pada bulan Juli, yakni pada sub kelompok jasa pendidikan sebesar 9, 24 persen, sandang anak-anak sebesar 4, 02 persen, ikan segar sebesar 2,20 persen serta sub kelompok olahraga 2,28 persen.
“Jadi komoditi yang sangat dominan memberikan sumbangan deflasi adalah tomat sayur, kacang panjang, bawang merah, bayam, daging sapi, daging ayam ras, minyak goreng, susu bubuk, talas, pembalut wanita dan ketimun. Sedangkan andil komoditi yang cukup beperan memberikan laju inflasi yakni, ikan segar tarif sekolah (SD, SMP, SMU), sewa rumah, cabe rawit, seragam sekolah anak, tariff perguruan tinggi, telur ayam ras dan kontrak rumah,”ucapnya.